TUGAS -7 HASIL REVIEW
Nama : Nelisa Faradiba
NIM : 2311061028
Prodi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
BAB 7
MANUSIA MAHLUK PENELITI
7.1 Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian
Bacaan wajib adalah bacaan yang memerlukan penelitian mendalam. Kajian ini diawali dengan kajian terhadap sesuatu yang lebih dekat dengan manusia yaitu dirinya sendiri, bagaimana Tuhan menciptakan manusia. Perintah iqra yang memuat informasi dasar tentang penciptaan manusia diturunkan Allah sebagai dokumen ajaran pertama kepada nabi-nabi masa depan. Memulai pengamatan tentang sesuatu yang dekat, yaitu diri sendiri, menjadi tuntutan yang paling awal. Allah juga memerintahkan perintah untuk menjaga diri dari kejahatan api neraka dengan memulainya dari diri sendiri, dari sesuatu yang dekat dengan kemanusiaan. Nampaknya apa yang dituntut Tuhan selalu dimulai dari sesuatu yang sangat dekat dengan manusia. Jadi, sebelum mengeksplorasi sesuatu yang di luar jangkauan, ada baiknya menumbuhkan ilmu terkait hal-hal yang dekat dengan lingkungan. Ini menjadi pedoman bagi masyarakat bahwa menjaga lingkungannya sendiri harus disempurnakan terlebih dahulu, bukan mengurus sesuatu yang tidak jelas, sesuatu yang di luar kendalinya.
7.2 Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah
Wahyu Tuhan yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-'Alaq ayat 01-05. Pada ayat kelima Allah memberi jaminan tentang ilmu yang diperoleh orang yang mau iqraan, menuntut ilmu. “'Allamah al-insaana ma lam ya'lam” (Allah akan memberikan manusia pengetahuan tentang segala sesuatu yang tidak diketahuinya). Dalam ayat lain, Allah meminta manusia untuk selalu berusaha memperhatikan peristiwa-peristiwa yang ada di alam, bahkan peristiwa yang terjadi di masa lampau, mulai dari zaman manusia pertama hingga manusia selanjutnya. Allah menggambarkan bahwa orang-orang di masa lalu lebih kuat, lebih berani, dan berumur panjang, sehingga warisan mereka lebih jelas. Piramida Mesir, bola batu asli benua Amerika, lukisan raksasa benua Amerika, rumah batu di jazirah Arab adalah sebagian dari bukti-bukti pesan Allah. Semua itu harus menjadi pelajaran bagi masyarakat saat ini. Allah meninggikan orang-orang kafir yang mengetahui ilmu, meskipun tidak beriman, dibandingkan dengan orang-orang Islam yang mengaku beriman tetapi tidak mengetahui kajiannya. Tingkat duniawi yang diraih oleh kelompok kafir membuktikan bahwa janji-janji Allah itu benar adanya.
7.3 Kewajiban Menerapkan Pendekatan Islami dalam Kegiatan Ilmiah
Al-Qur'an adalah sumber pengetahuan global. Al-Quran harus diolah dan isinya harus ditafsirkan. Oleh karena itu, Al-Quran hendaknya menjadi sumber rujukan ilmiah bagi umat Islam. Jika umat Islam berani menggunakan sumber referensi berupa kitab-kitab hasil penelitian manusia dan keabsahan hasilnya masih diragukan, lalu mengapa umat Islam tidak berani menggunakan sumber Al-Quran sebagai acuan dalam berbagai keputusan penelitian
Al-Qur'an adalah sumber rujukan yang keasliannya mutlak, tidak perlu dicek ulang, tidak perlu dipertanyakan. Keseluruhan isi Al-Quran telah dijamin oleh Allah SWT, Pencipta dan Pemelihara Alam, serta seluruh isinya adalah kebenaran mutlak. Namun, masih banyak umat Islam yang meragukan keyakinan mereka terhadap kebenaran mutlak Al-Qur'an. Atau, ada sebagian umat Islam yang masih meyakini bahwa Al-Quran hanyalah kitab agama yang tidak ada hubungannya dengan urusan dunia, apalagi dengan teknologi (kebanggaan kaum fundamentalis). Kandungan Al-Qur'an mencakup seluruh aspek ilmu pengetahuan yang selama ini ditelaah manusia. Temuan hari ini sebelumnya tercatat dalam teks Alquran. Ilmu fisika yang mempertanyakan alam dan isinya, telah dijelaskan dengan sangat jelas dalam Al-Qur'an tentang bagaimana Allah mengatur semua benda alam dengan kedudukan dan kelengkapannya sesuai dengan hukum alam. Ketika penemuan ini sampai pada ilmu pengetahuan Barat, umat Islam nampaknya sangat yakin akan keasliannya. Meski hal ini telah tertuang dalam Al-Quran, namun yang tersisa hanyalah umat Islam yang bisa memahami lebih dalam seluruh isi Al-Quran. Lahirnya ilmu-ilmu besar di dunia didasarkan pada arah dan syarat-syarat yang diuraikan dalam isi Al-Qur'an. Allah SWT sengaja meninggalkan beberapa bukti mengenai manusia di masa lalu yang dulunya dianggap lebih kuat dan cerdas. Sebagaimana disebutkan, sejumlah peninggalan budaya material yang membuka mata masyarakat pada masa lalu sengaja dilestarikan oleh Allah SWT agar masih dapat dipelajari dan dikumpulkan datanya. Demikian pula kondisi alam empat belas abad terakhir juga digambarkan dalam isi Al-Quran. Mungkin ketika Allah SWT berbicara tentang dua lautan yang kondisi airnya berbeda, bertemu dalam satu kawasan, masing-masing lautan mempunyai ciri khasnya masing-masing, tak mau bercampur, tak mampu menyentuh rasa keheranan manusia.
Namun kini, setelah empat belas abad mempelajari pengetahuan umat Islam, baru belakangan ini mereka bisa lebih yakin akan kebenaran sebenarnya mengenai hal ini. Laut air asin yang menawan ini kini telah menjadi tujuan wisata yang sangat menarik. Begitu pula dengan sungai di lautan, gunung berapi aktif di lautan, dan hal-hal lain yang berada di luar pemahaman dan ilmu pengetahuan manusia.
7.4 Tuntuan Allah dalam Wahyu Pertama
Segala ilmu yang beredar di alam adalah ilmu Allah SWT Sumber segala ilmu adalah Yang Maha Mengetahui, Allah SWT pemilik segala ilmu Allah SWT menurunkan sedikit ilmu kepada manusia. Pengetahuan tentang Allah SWT yang tidak diturunkan kepada manusia masih sangat luas. Oleh karena itu, pada dasarnya semua ilmu pengetahuan lahir di bawah Islam. Tidak ada ilmu sekuler Tidak ada sistem ilmiah yang mengarah pada skeptisisme. Allah SWT tidak membatasi keberhasilan orang-orang yang mengamalkan ilmunya yang berlandaskan keimanan. Seperti halnya hak atas pangan, Allah SWT memberikan pangan dan ilmu kepada semua orang tanpa terkecuali Kata kunci yang berkaitan dengan kemampuan menguasai harta dan ilmu adalah kemauan mengelola dan berusaha mengendalikan harta dan ilmu. Yang menjadikan sains “tampak” tidak Islami adalah sikap para ‘alim, para pengelola ilmu, para ilmuwan, para pengguna ilmu di luar jalan rahmat Allah Allah SWT telah berfirman dengan jelas dalam Surat Al-'Alaq Al-Qur'an, 96: 01-05, tentang proses mengenal seseorang yang digambarkan oleh Uswah Hasanah Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW diminta untuk “membaca” (tidak sekedar membaca secara harafiah namun juga mengkaji, meneliti, menganalisis, membentuk, dan sebagainya) tentang awal mula ketuhanan atas peristiwa-peristiwa manusia. Tentu saja, ketika permintaan ini disampaikan oleh malaikat Jibril saat turunnya wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW hanya bisa mengucapkan: “Maa Ana bi-qaari” Sesungguhnya ummi Nabi yang kemudian menjadi tanda hikmah yang belakangan hanya diketahui oleh para ahli, berkaitan dengan gencarnya pertanyaan-pertanyaan yang keras dan tajam dari kaum kafir yang mempertanyakan hakikat isi Al-Quran serta kandungannya dari Nabi diri Seorang nabi yang ditetapkan Allah SWT sebagai ummi (tidak bisa membaca dan menulis) tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang seanggun isi Al-Qur'an. Dan ketika diketahui bahwa status Nabi adalah ummi, semakin diragukan bahwa isi Al-Qur'an ditulis oleh Nabi sebagaimana dilihat oleh Muhammad Lebih jauh lagi, jika Nabi tidak menjadi seorang ummi, skeptisisme terhadap isi wahyu Allah akan semakin kuat Persyaratan Allah SWT kepada Nabi-Nya ketika pertama kali diangkat menjadi rasul ternyata merupakan bentuk persiapan dasar kemampuan manusia menjadi seorang pencari. Pernyataan lengkap Allah SWT mengenai hal ini terdapat dalam surat ke-96: 05, tepatnya: 'Allamah-al-insaana maa lam ya'lam' (Dia yang mengajari manusia segala sesuatu yang tidak mereka ketahui) Ayat ini berisi janji Allah swt Allah akan membuat siapa pun memahami segala sesuatu yang belum pernah diketahui oleh siapa pun. Tentu saja semua itu hanya bisa dicapai melalui usaha, melalui proses pengelolaan ilmu Allah swt, melalui penelitian Kita telah menemukan banyak bukti akan janji-janji Allah dalam hal ini, namun masih banyak yang belum yakin. Banyak tafsir yang diberikan para ulama mengenai perintah Iqra kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu penafsirannya menyangkut makna perintah: “Bacalah apa yang tertulis, supaya ilmu dan ketrampilan bertambah Bacalah apa yang diperintahkan dan diajarkan oleh para rasul Allah Sampai Anda mengerti dan pendengar mengerti Bacalah apa yang tertulis dalam warna-warni rahasia alam, agar dapat memahaminya dan memperoleh cahaya keimanan” Dari beberapa tafsir yang diberikan para ulama, dapat dipertahankan dua ayat pertanyaan pokok yaitu permintaan dalam urutan Iqra: Pertama, bacalah ayat-ayat Allah seperti kalamullah yang tertulis dalam Al-Quranul Karim (al-Aayaat al-Qauliyyah)Kedua, membaca ayat-ayat Allah yang diciptakan dan disebarkan di alam semesta.
7.5 Perlukah Islamisasi Sains?
Segala ilmu yang dibagikan di dunia ini adalah ilmu Allah. Tuhan memberi manusia sedikit pengetahuan. Pengetahuan Allah masih begitu luas sehingga belum diberikan kepada manusia. Allah tidak membatasi keberhasilan pengolah ilmu dan penyerahan pengelola ilmu kepada Allah. Ibarat makanan, ilmu tentang Tuhan menyebar ke seluruh alam bagi siapa saja yang mau mengolahnya. Artinya Allah memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memperoleh ilmu Allah, menggunakan dan menikmati nikmatnya melakukan sesuatu tentang ilmu Allah. Seseorang yang hanya bersyahadat keimanan kepada Allah, namun tidak pernah mengalami pergulatan batin dengan ilmu Allah, kedudukannya di dunia berada di bawah orang yang benar-benar mempunyai semangat mengembangkan ilmu Allah. Iman, termasuk perbuatan akhlak sebagai wujud penegasan akan adanya keimanan dalam diri manusia, tentu memerlukan dukungan ilmu pengetahuan. Iman tanpa ilmu lebih berisi taqlid, mengikuti dan bertentangan. Dalam Al-Quran terdapat gambaran perilaku bebek sebagai orang yang taat dan taat pada perintah “aabaauhum”. Kode etik ini ibarat mengikuti tanpa sepengetahuan apa pun, sebagai pedoman “bagaimana orang-orang yang mendahului mereka melakukan sesuatu”.
Ilmu tentang Allah adalah ilmu Islam. Segala hasil akhir ilmu Allah, awal pengobatan dan hasilnya, bersifat Islami. Namun pemanfaatan penemuan-penemuan tersebut seringkali menyimpang dari jalur dasar ilmu pengetahuan Tuhan, karena sifat manusia penggunanya. Tidak ada yang dihalangi Allah untuk menggunakannya, setiap orang mempunyai ilmu. Bagian ilmu yang dianggap sesat pada dasarnya adalah ilmu tentang Tuhan yang diberikan sebagai penyeimbang dan ujian bagi umat manusia. Allah memberikan hak untuk menemukan dan menggunakan senjata nuklir. Proses penelitian nuklir, ilmu nuklir, konsep dasar bahan nuklir dalam sistem ilmu pengetahuan Islam tentang Allah (sunnatullah). Pegawai menggunakan jabatannya untuk kegiatan yang bertentangan dengan hakikat kemaslahatan dan kemaslahatan mengenal Allah. Dan Allah mengijinkan situasi ini. Demikian pula ilmu-ilmu lain yang didasarkan pada kezaliman manusia, bahkan seringkali berdampak pada makhluk Tuhan yang lain, yaitu jin, yang merupakan ilmu-ilmu Tuhan yang berada dalam keadaan yang sama, yaitu seperti keberadaan nuklir. Senjata nuklir dan tirani ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perilaku manusia sebagai pengguna ilmu pengetahuan. Misalnya saja jin, meskipun mempunyai kemampuan untuk mengendalikan ilmu tersebut, tetap menginginkan manusia menjadi penyebab ketidakadilan. Antarjin sepertinya belum pernah mendengar adanya konflik. Namun diantara manusia timbul konflik bahkan jin pun ikut membantu. Pengetahuan tentang mesin penghancur, penipuan politik, korupsi, pencuri, kloning, penyuapan dan masih banyak lagi yang lainnya memungkinkan Allah untuk terus hidup dan dapat terus berkembang. Allah mengijinkan keberadaannya, namun Allah tidak puas dengan hasil ilmunya. Allah menetapkan hakikat hukum dasar keseimbangan yaitu pilihan yang “bebas” bagi manusia, karena manusia diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.
Komentar
Posting Komentar