TUGAS AGAMA ISLAM
Rabu, 06 September 2023
Nama : Nelisa Faradiba
NIM : 2311061028
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Dasar
Prodi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak asing dengan kata ‘benar’ atau ‘kebenaran’. Kata tersebut sering kali kita gunakan sebagai simbol melawan kata ‘bohong’ atau ‘kebohongan’.
Kebenaran sendiri memiliki banyak lingkup dan jenisnya. Nilai kebenaran dipandang terikat oleh ruang dan waktu. Banyak orang yang memiliki kepercayaan tentang kebenaran nya masing-masing, tapi belum tentu nilai kebenaran yang mereka miliki berada pada ruang dan waktu yang cocok bagi semua orang. Para pemuja culture studies menghargai keberadaan semua nilai kebenaran dalam semua tataran ruang dan waktu. Bagi mereka, tak ada “kebenaran” yang dianggap salah. Semua ruang dan waktu memiliki nilai kebenaran sendiri-sendiri, sekalipun hanya didukung oleh segelintir masyarakat, sebagai nilai kebenaran hakiki yang patut dihargai keberadaan nya.
Kebenaran Mutlak adalah, kesesuaian antara kenyataan dan pernyataan, yang tidak berubah oleh karena situasi dan kondisi apapun
Sedangkan Kebenaran Sementara adalah, Kebenaran yang bersifat semu yang artinya belum terlihat semua kebenaran nya
1.2 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
Allah memberikan kebebasan menentukan pilihan kepada semua umat manusia. Tetapi, selain manusia dan jin Allah menetapkan ketetapan yang pasti. Ketetapan yang tidak bisa berubah adalah ketetapan Allah tersebut. Allah sudah mengatur semua yang terjadi di alam semesta ini, termasuk alam yang di tetapkan Allah dalam kondisi yang benar dan teratur. Begitupun dengan makhluk hidupnya, Allah mencipatakan tumbuhan, hewan dan manusia, dengan sebaik-baiknya. Namun Allah memberikan kelebihan pada manusia. Allah menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah dan mudgah, sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptanya, sebagaimana di jelaskan dalam ayat :
(Q.S At-Tiin 95 : 04) لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tiin, 95: 04)
Hanya manusia yang memiliki perkembangan yang lengkap dengan tatanan budayanya. Melalui aneka penilitian dan pencarian manusia menyusur jawaban atas rasa ingin tahunya tentang segala sesuatu. Manusia di beri kelebihan untuk mengelola alam dan membentuk temuan-temuan tekhnologi. Melalui penelitian demi penelitian manusia menemukan pengembangan subbidang ilmu. Tetapi, manusia harus sadar akan semua yang dapat mereka lakukan ada batasannya. Begitu banyak ketidaklengkapan yang akan dirasakan oleh manusia ketika mereka sampai pada batas kemampuannya, baik secara fisik maupun secara pikir. Di antaranya, batasan etika keilmuan dan terutama nilai keimanan. Batas-batas itu menjadi penting sejalan dengan keterbatasan manusia sendiri. Tangangan Allah kepada kelompok manusia dan jin sangat tegas dalam surat Ar-Rahman, 55:33 :
يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍ
1.3 Proses Berpikir Ilmiah
Dari hasil percobaan-percobaan yang telah dilakukan oleh manusia, tersusunlah pola-pola berpikir yang dianggap logis, sebagai bentuk pola berpikir ilmiah. Pola-pola tersebut menjadi akuan sekelompok orang, pada tempat dan masa tertentu, sebagai bentuk cara berpikir yang diakui kesahihan nya. Proses berpikir ilmiah diawali dengan aneka bentuk keraguan, ketidakpercayaan, keheranan, keingintahuan, kemudian di lanjutkan dengan kegiatan menyusun rancangan kegiatan pencarian jawaban atas segala keingintahuan itu. Melalui kegiatan penelitian, eksplorasi, eksperimen, manusia menguji hipotensinya untuk merumuskan simpulan berupa jawaban atas aneka pertanyaan yang diajukan. Prinsip utamanya, kegiatan ilmiah selalu dimulai dengan ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan dan empirisme menjadi kunci kegiatan ilmiah yang dipercaya sebagai tonggak awal kegiatan.
1.4 Proses Berkeimanan
Beriman merupakan hal yang sangat penting dalam menjadi seorang muslim. Tanpa iman, keislaman orang tersebut perlu di pertanyakan. Dari itu muslim harusnya belajar tentang Tuhan dan Keimanan agar bisa disebut orang yang beriman.
Iman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul akibat pengetahuan dan keyakinan. Adapun orang yang mengetahui dan percaya pada Allah disebut dengan orang mukmin.
Keimanan seseorang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah dan dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia kekuasaan Allah yang tersedia di alam semesta dan selalu taat, bertaqwa dan beribadah kepadanya.
Komentar
Posting Komentar