TUGAS - 9 HASIL REVIEW
Nama : Nelisa Faradiba
NIM : 2311061028
Prodi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
BAB 9
MANUSIA MAHLUK MORAL
9.1 Nabi Muhammad saw Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia
Nabi Muhammad diutus bukan untuk menyempurnakan agama, melainkan untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini menunjukkan bahwa kunci keimanan dan keislaman seseorang secara utuh adalah akhlaknya. Allah tidak akan menugaskan seseorang untuk menyempurnakan akhlaknya jika orang yang diberi tugas itu tidak mempunyai akhlak yang baik. Sebelum Muhammad menjadi nabi, akhlak yang baik terungkap dalam berbagai hubungan sosial yang diapresiasi oleh banyak orang di sekitar Muhammad. Julukan al-amiin merupakan julukan yang mengandung keyakinan yang sangat berharga dari orang-orang di sekitar Muhammad saat itu. Artinya, apa yang dimiliki Muhammad sebelum menjadi Nabiyullah merupakan modal dasar yang sangat penting, itulah sebabnya Allah memilih Muhammad al-ummiy sebagai nabi sekaligus rasul.
Kita harus yakin, bahkan sangat yakin, bahwa Muhammad yang ingin menyempurnakan akhlak manusia, ditahbiskan Allah sebagai sumber tenaga akhlak yang mulia. Inilah sebabnya mengapa kita sering mendengar ungkapan “hanya perkataan dan tindakan”. Apa yang diucapkan, itulah yang dilakukan.
Akhlak yang baik harus bersumber dari satu sumber nilai yaitu Yang Maha Benar. Jika nilai-nilai yang digunakan untuk mengukur moralitas tetap valid, maka keaslian nilai-nilai tersebut akan selalu dipertanyakan. Oleh karena itu, jika setiap orang menggunakan konsep nilai ketuhanan yang sama, maka tidak akan terjadi konflik. Allah SWT telah memberikan kebenaran sistem nilai mengenai emosi, pikiran, sikap, tindakan, perbuatan dan segala sesuatu yang mendasari perilaku kita sebagai manusia dalam sistem nilai kaidah Islam. Nilai-nilai Islam yang hakiki adalah yang diungkapkan oleh Nabiyullah Muhammad.
9.2 Nabi Muhammad saw sebagai Uswah Hasanah
Julukan Al-Amiin yang diterima Nabi Muhammad saw dari para kuffar Quraisy adalah julukan tertinggi, terhormat di antara mereka. Al-Amiin adalah prestasi dari kebaikan akhlak yang dimiliki oleh Muhammad sejak sebelum menjadi nabi.
Sesungguhnya ada perbuatan-perbuatan tertentu yang dilakukan Nabi SAW yang diperuntukkan bagi Nabi. Namun banyak perbuatan Nabi yang patut menjadi teladan bagi umat, sebagaimana dijelaskan dalam isi ayat Surat Al-Ahzaab, 33:21. Padahal, sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, perbuatan Nabi merupakan bagian dari sunnahnya, sunnaturrasul. Jika ummat tidak mengikuti Sunnah Apostolik, berarti ia bukan bagian dari ummat apostolik. Selama ini perkawinan Nabi SAW terikat dengan jumlah istri, sehingga sering dijadikan alasan untuk meniru jumlah istri dalam poligami dan hanya berlaku pada Nabi Muhammad SAW. Mengenai banyaknya istri Nabi, sering dijadikan bukti dan kritik dari masyarakat lain. Sesungguhnya Nabi menikahi istri-istrinya dalam kondisi dan waktu yang sangat khusus (di atas segalanya).
Misalnya Rasulullah diberi sifat-sifat yang lengkap, yaitu 4 sifat yang dimiliki Rasulullah, yang kemudian menjadi petunjuk keutamaan yang dimiliki Rasulullah. Empat Sifat Nabi sesungguhnya terekspresikan dalam perkataan, sikap, dan tingkah lakunya sehari-hari. Keempat sifat tersebut adalah: Shiddiq (benar), amanat (dapat dipercaya), tabligh (menular, tidak terselubung) dan fathonah (cerdas). Oleh karena itu, apa yang diucapkan Nabi (qauliyah) dengan apa yang dilakukan Nabi (fi'liyah) selalu sejalan, yang kemudian menjadi petunjuk syariah agar uswah hasanah dapat diikuti oleh umatnya.
9.3 Konsep Manusia Terbaik di Sisi Allah
Allah SWT telah menetapkan aturan yang melindungi kebebasan manusia. Aturan tersebut merupakan jalan kebaikan yang diberikan Allah SWT agar manusia sadar akan keterbatasannya. Banyak aktivitas manusia yang dikaitkan dengan aturan-aturan ini. Pun dalam kehidupan seorang muslim atau muslim, selama ini ada aturan-aturan yang mengatur aktivitasnya. Mulai dari bangun tidur, mengawali hari, bekerja, bermuamalah, istirahat, beribadah mahdhah hingga ingin tidur kembali, setiap rangkaian aktivitas terikat aturan. . Tidak akan ditemukan dalam aturan agama lain, setiap aktivitas manusia muslim pasti ada aturan formalnya, ada SoPnya lengkap dengan tujuannya. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, umat Islam dapat mengumpulkan banyak catatan pahala yang berbeda untuk setiap tindakan mereka. Tidak akan ada jalan keluar dari perhitungan amal shaleh jika seluruh aktivitas manusia ditunjang dengan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan secara rinci oleh Allah SWT.
“Orang yang terbaik adalah mereka yang memberi manfaat bagi orang lain.” Sebagai makhluk individu, manusia bertanggung jawab penuh atas segala akibat perbuatannya. Namun sebagai makhluk sosial, manusia harus menjadi individu yang mampu memberikan banyak manfaat bagi individu lainnya. Artinya segala bidang kegiatan yang sesuai dengan aturan Allah SWT menjadi landasan untuk menemukan dan mengumpulkan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ketiga hal yang berkaitan dengan warisan ini akan selalu mendatangkan pahala bagi orang yang meninggal bila segala amalnya dituntaskan oleh Allah SWT, sehingga amalannya juga bermanfaat bagi orang lain.
Setiap usaha yang ditujukan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, mentransmisikan ilmu pengetahuan, baik dalam bentuk proses pendidikan, pembelajaran atau pelatihan, menjadi tanda betapa bermanfaatnya seseorang bagi orang lain. Oleh karena itu, “ilmu yang bermanfaat” adalah hal kedua yang hasilnya akan terus sampai kepada orang yang meninggal. Salah satu hal yang paling logis sebagai wujud kemaslahatan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain adalah sedekah yang tetap mempunyai arti, hasil dan manfaat.
9.4 Indikator Kenabian sebagai Uswah Hasanah
Sebagai utusan yang bertugas menyempurnakan akhlak manusia, Nabi Muhammad SAW memiliki sifat kenabian sebagai manusia yang dapat dijadikan teladan. Jauh sebelum masa kenabiannya, Muhammad menunjukkan ciri-ciri akhlak yang baik ini. Beliau telah mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat Quraisy sebagai orang yang akhlaknya dapat dipercaya. Ia dijuluki Al-Amiin, orang yang sangat amanah. Selain memiliki sikap yang amanah, Muhammad juga berasal dari keluarga terhormat yang menjaga kehormatan keluarga dan keturunannya.
Asal usul keluarga bangsawan Quraisy yang kaya raya menjadi syarat pertama bagi Muhammad untuk menjadi orang yang disegani oleh lingkungannya. Dikombinasikan dengan perilaku terpuji yang menjadi ciri kehidupan sehari-harinya, Muhammad menjadi anggota masyarakat yang sangat dihormati. Untuk melengkapi persiapan rohani dan khususnya akhlak Muhammad, Allah swt memerintahkan Jibril untuk melakukan operasi pembersihan hati Muhammad, seperti yang diceritakan dalam beberapa kisah kenabian. Dengan demikian, Muhammad adalah calon yang lengkap untuk posisi nabi akhir zaman, yang keberadaannya tercatat dalam Al-Quran sebagai uswah hasanah bagi manusia pada zamannya dan bagi manusia di masa yang akan datang.
9.5 Pendidikan Karakter dalm Konsep Islam
Berkat kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh orang tua maka akan terbentuk kepribadian-kepribadian tertentu dalam diri seseorang. Patutlah jika isi hadis Nabi yang menyatakan bahwa “setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah” merupakan konsep dasar pendidikan usia dini, yang akan berlanjut dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan yang mewarnai perilaku amalan, tindakan, reaksi, cita-cita, gambaran dan asumsi yang akan dimiliki anak. “Orang tua adalah orang pertama yang menahbiskan anaknya menjadi Yahudi, Nashara atau Magi.”
Dalam konsep Islam, pendidikan usia dini adalah kunci bimbingan seseorang. Ketika kebiasaan sudah terbentuk melalui pengaruh orang-orang terdekat anak, maka pengaruh tersebut dapat menjadi jembatan menuju bimbingan, jika pengaruh tersebut merupakan pengaruh yang baik. Sebaliknya jika pengaruh yang diterima anak merupakan pengaruh yang buruk sehingga membentuk kepribadian yang buruk maka pendidikan prasekolah akan menjadi penghalang, sekat yang memisahkan anak dari bimbingan. Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih Allah SWT tidak mempunyai sedikitpun kesempatan untuk membimbing pamannya, Abu Thalib, menuju Islam. Menjelang ajalnya, paman Nabi masih merasa malu untuk mengumumkan penyerahan dirinya dan menjadi seorang Muslim. Kesedihan menjadi salah satu rencana Allah swt untuk menunjukkan hak prerogratif Allah swt dalam memberi petunjuk.
Jika Allah SWT menghendaki maka siapapun akan mendapat hidayah dari Allah SWT, namun jika Allah SWT tidak berkenan maka tidak ada seorangpun yang berhak menunjukkan kebaikan bahkan kepada orang yang sangat ia cintai sekalipun. Namun dalam semua kondisi tersebut, Allah SWT tetap menunjukkan bahwa ada sesuatu yang menjelaskan mengapa Allah SWT tidak mengabulkan permintaan Nabiyullah Muhammad SAW.
Allah SWT menunjukkan hikmah yang sebenarnya, di dalam hati paman Nabi terdapat kesombongan dan ketidaktulusan yang kuat. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada ketika seseorang mampu secara sadar tunduk pada aturan Allah SWT, setelah berusaha keras: bersedekah dan berdoa. Seseorang akan merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang utuh, tidak mempunyai kekuatan lain selain yang telah diberikan kepadanya oleh Allah SWT. Namun seluruh umat Islam harus yakin bahwa apa yang diberikan Allah SWT pastilah yang terbaik, padahal masih banyak yang belum menyadari bahwa ada hikmah dibalik segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT. Ia juga dapat memposisikan dirinya sebagai makhluk yang sadar bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang berkenan dan meyakinkan.
Komentar
Posting Komentar