TUGAS - 6 HASIL REVIEW
BAB 6
MANUSIA MAHLUK BELAJAR
6.1 Manusia Mahluk Belajar
Sepanjang hidupnya, manusia tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Sejak awal kehidupan, manusia sudah harus menyikapi alam sebagai bagian dari proses pembelajaran. Segala sesuatu yang dimiliki manusia: pengetahuan, keterampilan, sikap dan bentuk-bentuk keinginan yang menyertai keberadaan manusia, dengan demikian, merupakan hasil belajar tentang diri sendiri dan lingkungan sekolahnya. Manusia dapat berubah untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bahkan, mereka kemudian larut ke dalam lingkungannya. Nabi mengingatkan umat akan hal ini dalam haditsnya: “Setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, menjadikannya Kristen atau membesarkannya. Nampaknya konsep Islam sangat peduli terhadap lingkungan hidup, terutama berfokus pada pendidikan anak, karena pendidikan anak merupakan bentuk pendidikan yang paling dasar.
Kedudukan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mempunyai kesempatan unik untuk menentukan perubahannya sendiri, memberikan banyak peluang, termasuk perubahan lingkungan, baik yang bermanfaat maupun yang negatif. Tidak ada bayi baru lahir yang bisa terbebas dari bantuan, perawatan, atau pengawasan orang dewasa di sekitarnya untuk jangka waktu berapa pun. Bayi manusia sangat berbeda dengan bayi makhluk lainnya. Kekuasaan yang Allah SWT berikan kepada bayi lebih dari sekedar mendapat perlakuan istimewa dari manusia lain. Peran manusia lain baik orang tua ataupun orang dewasa yang ingin merawat bayi adalah menjadi saluran kasih sayang, kekuasaan dan kepedulian Allah SWT terhadap bayi yang baru lahir. Melalui perasaan cinta dan gembira, Allah SWT menunjukkan ikatan antara bayi dan orang yang merawatnya.
Mahluk lain selain manusia, berada pada pola kehidupan yang tetap, tertib, mengikuti pola sunnatullah murni yang tetap, tidak berubah sejak awal penciptaanNya. Bahkan Allah swt tidak menganugerahkan kemampuan mengubah kondisi dirinya kepada makhluk lain, melainkan hanya kepada manusia saja. Meniru adalah alat pembelajaran yang penting bagi anak manusia. Peran ibu dan orang dewasa lainnya di sekitar anak, sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, adalah memberi warna pada perilaku dan pemikiran orang-orang yang memulai kehidupannya. Selain itu, warna ini akan terus memberikan pengaruh dan menjadi standar nilai dan pengalaman dalam kehidupan masyarakat baru. Pendidikan anak usia dini dilanjutkan dengan pola perilaku yang diajarkan oleh orang dewasa yang berpengaruh. Manusia menggunakan kecerdasannya untuk membangun dan menghancurkan Bumi. Kebudayaan (kemudian dibagi dalam berbagai sistem seperti pendidikan, ekonomi, politik, teknologi, seni, budaya, dan lain-lain) merupakan hasil pemikiran dan perasaan masyarakat dalam menanggapi mempelajari lingkungannya. Mereka belajar dari lingkungannya. Mereka bereaksi terhadap lingkungannya. Dan tentu saja mereka “menaklukkan” lingkungannya. Tidak akan ada budaya hewan atau tumbuhan yang terkenal, bahkan budaya iblis dan malaikat pun tidak akan ada! Status makhluk lain belum dikaitkan dengan kemampuannya dalam mengendalikan lingkungan, sehingga tidak dapat mengembangkan kebudayaan seperti yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, hingga saat ini, belum ada makhluk lain yang tercatat menghasilkan produk yang kemudian disebut budaya fisik, yang menjadi salah satu unsur kebudayaan.
Sebagai persiapan menghadapi tugas pembelajaran penciptaan, Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memahami dan mengelola ingatan akan nama-nama yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Kemampuan menyimpan kata-kata yang ada pada awal penciptaan manusia merupakan bukti bahwa Allah SWT telah menyiapkan kemaslahatan bagi manusia, yaitu kemaslahatan yang tidak dimiliki oleh malaikat dan setan. Kekuatan transendensi ini menjadi penting bagi tindakan peniruan dan peniruan. Buktinya bisa kita lihat dalam kehidupan nyata, di lingkungan manusia saat ini. Kualitas yang luar biasa. Berita buruk bisa menyebar dengan cepat dengan meniru peristiwa yang tersebar di media. Peristiwa yang satu seolah-olah ada kaitannya dengan peristiwa lain yang hampir sama, meskipun terjadi di tempat lain, bahkan di tempat yang sangat jauh. Belajar melalui peniruan, sebagai sifat sunnatullah seseorang, dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai modal untuk meningkatkan potensi perkembangan seseorang.
6.2 Konsep Pendidikan yang Islami
Ada tiga hal yang dijanjikan Tuhan kepada manusia, ketika manusia akan mencapai akhir masa hidupnya di bumi. Apakah manusia siap untuk membawa ketiga hal ini ke hadapan Tuhan? Dalam sebuah kitab yang terkenal, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ketika kematian menimpa seluruh manusia, putuslah segala ikatan dengan amalan duniawi, kecuali tiga hal: sedekah jariyah; ilmu yang bermanfaat; atau anak shaleh yang mendoakan keduanya. orang tua." Yang pertama adalah pertanyaan kemanusiaan: sudahkah manusia menjadi anak shaleh yang mendoakan orang tuanya? Apakah orang rela membesarkan anak menjadi anak shaleh yang akan mendoakan orang tuanya bila sudah tiada? Untuk menjadi anak yang saleh, untuk membesarkan anak yang saleh, berarti memerlukan ilmu, banyak ilmu tentangnya. Padahal, ilmu yang lebih dalam dapat diperoleh melalui pencarian ilmu, melalui kegiatan belajar. Penelitian berupa ilmu dapat menjadi ladang amal yang tetap memberi pahala bagi yang menerimanya, jika ilmu itu diterapkan, ditiru dan diterapkan pada proyek lain, disalurkan dalam bentuk perilaku belajar, transfer. kepada generasi berikutnya, dan tindakan serupa lainnya. Sebagai “bisnis MLM”, hasil dari aktivitas pengetahuan akan berdampak pada berbagai tingkatan: dari pekerja pertama, pekerja kedua, pekerja ketiga, dan seterusnya, semua jaringan ini terus terhubung, menciptakan revolusi emosi. . sebagai imbalannya. dan ini melalui jaringan yang dibangun. Bahkan melalui jaringan cabang baru yang bisa muncul di jaringan utama. Saat ini, shadaqah jariah dianggap sebagai salah satu jenis sumbangan dalam bentuk kekayaan. Bahkan, jenis sedekah juga bisa menjadi sedekah ilmu.
Banyak temuan akhir-akhir ini bahwa ketika ibu hamil, sebagian ibu tetap membaca Al-Quran secara terus menerus sebagai lingkungan janin. Oleh karena itu, tanpa perlu pendidikan khusus, anak yang lahir kelak bisa belajar menghafal Alquran. . Diketahui, apa yang dilakukan orang tua saat hamil akan berdampak besar pada kondisi janin. Segala sesuatu yang terjadi di dalam tubuh ibu akan berdampak langsung pada janin. Jika ibu dalam keadaan sehat dan tercukupi vitaminnya, maka nutrisi pada janin tidak akan kurang. Namun, lebih dari sekedar kondisi fisik, ternyata kondisi mental ibu (khususnya) mempunyai dampak emosional yang besar terhadap janin. Padahal, dalam masyarakat tradisional, masalah “pamali, pantangan” sudah banyak diketahui dan dikaitkan dengan kondisi ibu hamil. Ternyata calon ayah bisa berdampak langsung pada janin. Mereka percaya, berdasarkan pengalaman mereka (kebenaran sosial?), bahwa perilaku calon ayah berdampak langsung pada janin. Akal sehat yang diajarkan dalam filsafat Islam adalah “apa pun yang dilakukan orang tua, baik secara fisik maupun mental, akan berdampak pada janin.” . Orang tua yang mencoba sesuatu yang tidak halal, misalnya hasil dari aktivitas yang najis akan dikonsumsi oleh calon ibu, yang akan berdampak langsung pada perut janin, menjadi darah dan organ tubuh. Apalagi di musim Fitrah, masa yang banyak pengaruh pengaruh luarnya, hal-hal yang dibenahi orang tua bisa menjadi “warna” yang kuat. Begitu pula jika sesuatu itu baik menurut syariat dan disetujui oleh orang tua sejak awal, maka warna tersebut akan memberikan kepada anak kelak warna kebaikan yang akan mempengaruhi kondisinya di kemudian hari.
6.3 Kewajiban Belajar bagi Muslimin dan Muslimat
Perhatikan hadits Nabi saw yang sangat populer terkait dengan kewajiban aini mencari ilmu:
“Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu merupakan suatu kewajiban (fariidhah) bagi muslimin dan muslimat”.
Ini berarti bahwa semua laki-laki dan perempuan Muslim, sampai batas tertentu, dapat memperoleh suatu bentuk pengetahuan. Dalam ayat tersebut Allah SWT menegaskan: “Aku memberimu ilmu ini hanya untuk beberapa hal. Sebab dalam hadis Nabi SAW tidak ada batasan bagi siapa yang bertugas mencari ilmu, laki-laki atau perempuan yang mengaku Islam sebagai pedoman hidupnya. Oleh karena itu, pencarian ilmu menjadi penting, penting bagi setiap orang. Tidak berlebihan jika Allah SWT mengingatkan kita akan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan, yang dikembangkan melalui proses mencari ilmu, proses belajar, proses penelitian. Allah tidak membedakan status muslim dan non muslim dalam urusan pahala. Allah menghakimi setiap orang yang berbuat baik atau buruk. Oleh karena itu, tugas mencari ilmu adalah tugas laki-laki dan perempuan muslim, tanpa pahala. Tidak ada tanggung jawab hanya bagi laki-laki atau perempuan, namun baik laki-laki maupun perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengembangkan berbagai ilmu yang telah Allah berikan kepada mereka.
Semua hal yang bersifat ilmiah telah dipersiapkan oleh Allah SWT sebagaimana Allah SWT menghamburkan pohon-pohon dan pohon-pohon tersebut tertiup angin. Barangsiapa ingin mengambil buah ilmunya, maka Allah SWT tidak akan berlebihan. Siapa pun yang prosesor pengetahuannya rajin, rajin, "istiqamah" dalam pengembangan sains, Allah SWT memberi mereka pengetahuan mereka. Tidak ada batasan untuk memiliki iman baru, pengetahuan tentang Allah SWT. Jika manusia tidak menguasai ilmu komputer, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu alam misalnya, maka manusia bukanlah “orang berdosa”, karena manusia dapat menafsirkan berdasarkan ayat bahwa Allah tidak hanya menganugerahkan sebagian kecil ilmu tersebut kepada setiap manusia. . Oleh karena itu, jika menyangkut ilmu khusus maka itu menjadi fardhu kifayah, seseorang dapat melepaskannya dari tugasnya setelah ada orang lain yang berbuat curang. Artinya tidak semua orang wajib mengetahui tentang kedokteran, keadilan, seni, pertanian, pembangunan dan sebagainya. Namun kita tidak boleh lupa, masalah ilmu agama adalah tanggung jawab seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan untuk mempelajarinya dengan cara yang bermanfaat. Namun kemampuan tersebut akan ditingkatkan sesuai dengan tugas pokok yang Allah tempatkan dalam tugas mencari ilmu. Ulama adalah seorang yang ahli, pakar, spesialis dalam bidang ilmu agama. Jelaslah bahwa ulama tidak mengambil peran orang lain secara langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Umat Islam juga mempunyai pemikiran bahwa pencarian ilmu tidak terbatas pada suatu tempat, oleh karena itu dalam empat belas abad terakhir muncul pernyataan hikmah yang menjadi bagian dari kesadaran keilmuan masyarakat saat itu, yaitu pencarian. Masyarakat juga akan merasa bahwa banyak orang cerdas yang mendapat ilmu dari Allah SWT. Pengetahuan Allah SWT sangat beragam.
Perhatikanlah isi beberapa hadits Nabi saw yang bertalian dengan kebijaksanaan sikap dalam mencari ilmu:
“Ambillah ilmu itu sekalipun datangnya dari mulut binatang” (intinya, pelajari juga masalah yang muncul di sekitar kehidupan binatang, bisa juga mahluk yang dianggap lebih rendah posisinya dalam pandangan manusia)
“Lihatlah, perhatikanlah apa yang diucapkan (isi ucapan), jangan melihat siapa yang mengucapkan” (kebenaran itu bisa datang dari sumber yang sangat beragam, bukan dari mulut manusia tertentu saja yang dianggap sebagai pakar)
6.4 Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat
Pencarian ilmu pengetahuan tidak mengenal batas waktu. Selama laki-laki muslim dan perempuan muslim masih hidup, tugas menuntut ilmu akan terus berlanjut. Tentu saja pencarian ilmu tidak boleh diartikan dengan pencarian ilmu di lingkungan: sekolah, pesantren, ma'had, dan sebagainya. Tantangan Tuhan kepada semua manusia adalah untuk selalu memperhatikan alam, mempelajari alam, geografi dan proses mencari ilmu. Allah menantang umat manusia dengan segala tanda-tanda kebesaran-Nya di alam, agar umat manusia dapat memperbanyaknya dan meningkatkan nilai keimanan manusia. Inilah sebabnya Nabi Muhammad melihat awal mula proses pembelajaran seumur hidup empat belas abad yang lalu. Perhatikan hadits Nabi SAW: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Kewajiban mencari ilmu sejak bayi hingga masuk alam kubur.” Para pendidik Barat baru memunculkan istilah ini pada abad ke-19, bersamaan dengan istilah pembelajaran sepanjang hayat. Dan kesalahan yang sering dilakukan oleh umat Islam adalah mengikuti segala sesuatu dari sudut pandang para ilmuwan Barat, “walaupun akan masuk ke dalam lubang cicak” (poin pokok hadis Nabi mengingat taqlid. yang sebagian umat Islam memiliki konsekuensi dari ide-ide non-Muslim).
Perhatikan pandangan yang diuraikan dalam satu makalah:
“Urgensi berkembangnya belajar sepanjang hayat di Indonesia, dilatarbelakangi oleh kondisi nyata (real conditions) masyarakatnya yang dihadapkan pada kian banyaknya pengangguran, bertambahnya penduduk miskin, melemahnya standar kehidupan dalam populasi penduduk yang makin bertambah, makin tajamnya jurang antara yang kaya dan yang miskin, dan sebagainya.
Keadaan ini merupakan sumber motivasi penting bagi pengembangan pembelajaran sepanjang hayat melalui pengembangan potensi manusia. Program pembelajaran seumur hidup memberikan kesempatan belajar alami
dan luas untuk semua orang berdasarkan minat, usia, dan kebutuhan belajar yang berbeda. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, seperti program pembelajaran kelompok, program pembelajaran individu, dan program pembelajaran melalui media sosial. Program pendidikan tersebut dapat diselenggarakan di berbagai tempat, yaitu tempat kerja, tempat ibadah, perumahan, pusat komunitas, sekolah, taman bermain, taman bermain, pusat remaja/pemuda, tempat ibadah, sekolah, sekolah, sekolah, pusat pendidikan, panti asuhan, dan lain-lain. (Hufad, Pramudia dan Supriatna, 2010: 1–2).
Pemikiran seperti ini merupakan hal yang lumrah. Padahal, tugas belajar sepanjang hidup erat kaitannya dengan masalah pemahaman semangat dan kebutuhan belajar, karena merupakan bagian dari tugas hidup manusia (Muslim). Namun instalasi yang komprehensif tanpa antusiasme peserta didik, pengelola pembelajaran, dan pengambil kebijakan hanya akan menciptakan pemborosan teknologi. Technocare merupakan salah satu cara untuk memadukan ketersediaan dan kondisi peralatan serta semangat belajar. Banyak alat yang disajikan dengan bangga sebagai pendekatan "melek teknologi", tetapi alat tersebut tidak cocok untuk kantong dan pengelola tas. Banyak gedung yang belum siap mendukung berbagai jenis perangkat teknologi pendidikan, karena yang ditawarkan hanyalah benda pengisi ruangan atau layar sederhana saja. Penerapan hukum yang dipelajari sepanjang hidup adalah jiwa, jiwa yang penuh kesadaran akan tanggung jawab, mengetahui akibat yang akan timbul apabila pekerjaan tidak dilaksanakan dengan baik. Banyak alat yang siap digunakan dengan cara yang menyenangkan sebagai alat pembelajaran. Alat-alat ini dapat digunakan dalam program pembelajaran campuran, yang menggunakan teknologi jaringan Internet yang sederhana dan murah. Pembelajaran dapat diunggah ke website atau blog sehingga siswa dapat mengaksesnya dengan mudah. Tugas belajar sejak dalam kandungan berlangsung selamanya hingga sampai di alam kubur, artinya proses belajar tidak terbatas pada satu ruang saja. Semua ruang dan lingkungan dapat dimanfaatkan untuk belajar, termasuk belajar mandiri, dengan mengembangkan keterampilan individu. Yang pasti seseorang akan terbebas dari tugas belajar sepanjang hayat ketika yang bersangkutan telah menyelesaikan masa hidupnya sebagai manusia!
6.5 Konsep Hidayah
Dalam Dinul Islam, hidayah berarti petunjuk dari Tuhan. Sebagaimana telah dikatakan, hidayah merupakan nikmat yang Allah berikan hanya kepada sebagian orang saja. Tidak semua orang bisa mendapatkan nasihat. Karunia kepemimpinan adalah anugerah Tuhan. Nabi Muhammad SAW yang dicintai Allah tidak mempunyai kuasa yang cukup untuk memaksa Allah menyerahkan kepemimpinannya kepada Abu Thalib pada saat wafatnya.
Hidayah yang sesungguhnya telah ada dalam bentuk nyata, berupa kitab suci yang disebut Al-Quran. Pada masa sebelum Al-Quran terkumpul lengkap secara mushaf, hidayah masih harus ditunggu sesuai dengan kondisi keperluan lingkungan Rasulullah. Setelah Al-Quran menjadi kitab yang lengkap seperti sekarang, tidak ada istilah menunggu hidayah. Hidayah telah tersedia. Siapapun bisa mengakses hidayah itu secara bebas.
Al-Quran saat ini dapat ditemukan dalam berbagai format. Ada Al-Quran dalam bentuk kitab biasa yang disusun, dalam format yang berbeda-beda. Al-Quran tersedia dalam format compact disc (CD) dengan program interaktif sehingga mudah diakses. Ada semacam tembok. Ada juga terjemahannya. Tidak ada satupun manusia saat ini yang belum tersentuh oleh hidayah Allah. Al-Quran dapat dibaca dan disebarkan dengan mudah ke seluruh pelosok negeri melalui saluran radio dan televisi, dan sekarang melalui Internet. Bagi pengguna komputer, sudah banyak versi Al-Quran yang diinstal untuk dibaca, dipelajari atau bahkan sebagai add-on (patch program), yang akan memudahkan dalam mengelola program lain yang ada. Saran tersedia. Apakah masyarakat siap menanggapi saran ini? Sesungguhnya Allah selalu menentukan siapa yang layak dan siap menerima hidayah atau tidak. Namun sesuai dengan ruh ayat dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu umat kecuali umat itu sendiri yang merubah dirinya”, jelas bahwa Allah tidak menutup kedudukan kepemimpinan. Allah memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menerima bimbingan-Nya yang bentuknya berbeda-beda, tanpa perlu kesulitan seperti yang dialami paman Nabi. Mengenai kemunculan Al-Quran dalam berbagai bentuk, Allah berjanji bahwa Allah akan melestarikan Al-Quran sepanjang masa. Oleh karena itu, ketika seseorang sudah menata hakikat Al-Quran, maka ia tetap mempertahankan teks aslinya yang ditulis dalam bahasa Arab. Tidak ada satupun kitab yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa jika menyertakan teks aslinya, kecuali Al-Quran. Keaslian dan ketulusan para penulis Al-Qur'an dapat diverifikasi dan dipelajari karena terdokumentasi dengan baik.
Komentar
Posting Komentar