TUGAS-5 HASIL REVIEW
Nama : Nelisa Faradiba
NIM : 2311061028
Prodi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
BAB 5 MANUSIA MAKHLUK SOSIAL
5.1 Pola Hubungan Vertikal Mahluk-Khalik
Hubungan manusia (makhluk) dengan Allah (Khalik) merupakan hubungan vertikal langsung yang tidak membutuhkan perantara. Siapa pun yang tidak dibatasi ruang dan waktu dapat “menghadap” Allah. Dinul Islam menjelaskan kita bisa langsung menghampiri Tuhan menjalin hubungan tanpa hambatan dengan Allah SWT dalam bentuk doa. Sholat merupakan salah satu perilaku memohon kepada Allah sebagai bagian dari ibadah mahdhah. Dalam bentuk lain, berdoa adalah menyapa Tuhan secara langsung melalui doa (mencontoh nabi) atau dengan kata lain sesuai dengan bahasa dan kebutuhan masyarakat. Sholat merupakan salah satu perilaku dimana seseorang berdoa kepada Allah sebagai wujud ibadah mahdhah. Bentuk doa lainnya adalah permohonan langsung kepada Allah dengan ucapan doa atau ucapan lainnya sesuai dengan bahasa dan kebutuhan manusia.
Doa adalah saripatinya ibadah, maka dari itu kehidupan umat muslim harus dipenuhi oleh doa-doa. Tidak ada sesuatu pun tanpa doa, Nabi SAW menunjukkan contoh segala amal baik melalui doa. Tidak ada alasan, hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Pencipta terhalang oleh waktu, ketergesaan, dan sebagainya. Setiap umat Islam dapat berhubungan langsung dengan Penciptanya tanpa batasan, apapun profesi, status sosial, ruang dan waktu.
5.2 Ibadat Ghair Mahdhah
Sebagian ibadat ghair mahdhah sangat erat terkait dengan kondisi lingkungan. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad bersabda: “Antum a’lamu bi’umuuri dunyaakum” (“Engkau lebih tahu tentang urusan keduniaanmu”). Hukum dasar ibadah ghair-mahdhah secara keseluruhan diatur dalam Al-Quran. Misalnya hukum ekonomi pada dasarnya tertulis dalam Al-Quran, namun bentuk penerapannya dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan tantangan lingkungan hidup. Sistem perbankan pada era awal Islam tidak diketahui. Segala permasalahan yang terkait dengan ibadah ghair-mahdhah sebenarnya bisa terwujud dalam berbagai cara. Kehadiran keberagaman ini dimitigasi oleh Rasulullah. Berbeda halnya dalam segala hal yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, Allah menciptakan sesuatu yang menyatu melalui nabinya. Kondisi inilah yang kemudian menjadi bahan perdebatan, terutama mengenai persoalan tafsir penerapannya, termasuk berbagai penerapan ibadah mahdhah yang (sebenarnya) diatur dalam norma-norma ibadah.
5.3 Hablun Min-Annaas
Konsep Islam merupakan konsep yang mengacu pada dunia yang suci karena diatur oleh Yang Maha Kuasa, Tuhan pencipta seluruh alam. Sifat Rahman dan Rahim Allah tetap berlaku pada semua manusia sesuai proporsinya. Sunnatullah merupakan wujud sekuler murni yang diciptakan Allah sebagai wujud yang mengikat kondisi dasar kehidupan.
Hablun min-annaas banyak jenisnya. Di antaranya: munakahat (pernikahan), jinayat (hukum pembunuhan), hudud (hukuman), jihad (perjuangan), dan masih banyak lagi. Semua jenis perilaku mu’amalat tersebut sebagian diatur secara ketat dalam Dinul Islam, sebagian lagi, seperti disebutkan terdahulu, Rasul menyerahkan pemutusannya kepada ummat pada setiap generasi.
Keterbukaan ibadah mu’amalat yang dikaitkan dengan kata “dunyaakum” bisa jadi daya tarik penampilan umat Islam dimanapun mereka berada. Tidak ada masalah interaksi sosial yang serius yang dapat dibangun oleh seorang Muslim yang benar-benar mengikuti aturan Dinuli Islam.
5.4 Bisnis Islami
Allah menghendaki manusia membeli dan menjual melalui Islam hanya dengan Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah menantang manusia yang berbeda rupa untuk "melipatgandakan" kebaikan yang berbeda-beda, padahal setiap kebaikan harus mendapat keridhaan Allah saja. Ketika orang berbisnis dengan orang lain sendirian, perusahaan menghadapi berbagai kerugian. Modal usaha sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan pasar. Namun ketika berhubungan dengan Allah, jaminan Allah adalah keuntungan yang permanen.
Bisnis Islam tidak penuh dengan riba dan kebohongan. Setiap kegiatan bisnis didasarkan pada kejujuran, kemaslahatan manusia, dan kejujuran. Dan tentunya berbisnis dengan Allah tidak menimbulkan rasa ketidakadilan, ketidakjujuran, kebohongan dan banyak transaksi buruk bisnis yang sering terjadi antar manusia. Manusia dapat berbisnis dengan Tuhan melalui segala macam aktivitas kemanusiaan. Segala amal baik diluar ibadah mahdhah bisa menjadi ladang ibadah, ladang pahala bagi umat islam, karena dalam semua amalan tersebut terpancar niat dan doa yang diajarkan oleh Nabiyullah Muhammad.
Komentar
Posting Komentar