TUGAS-4 HASIL REVIEW
BAB 4 MANUSIA MAKHLUK OTONOM
4.1 Nikmat Allah bagi Semua Makhluk Hidup.
Istilah otonom sekarang sering dikaitkan dengan urusan pemerintahan. Pemerintahan daerah yang mempunyai hak otonomi dapat mengatur urusannya sendiri tanpa banyak bergantung pada pemerintah pusat. Rasa otonomi yang dikaitkan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dikaitkan dengan kebebasan memilih. Manusia selalu mempunyai hak untuk menentukan pilihan selain terikat dengan kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan yang wajib beribadah. Hak dan kewajiban ini kemudian dijalin dengan persoalan pahala dan dosa: hukum sebab akibat, lebih ditentukan oleh perbuatan manusia.
Dengan memikul tanggung jawab terhadap dunia sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an, manusia ingin mengemban amanah yang telah Allah SWT berikan kepada makhluk lain. Pengaturan ini kemudian menjadi tambahan tugas khalifah di muka bumi. Namun sebagaimana diwahyukan Allah SWT dalam Al-Quran, manusia cenderung lalai, meremehkan tanggung jawabnya, dan berlaku tidak adil terhadap makhluk lain dan dirinya sendiri.
4.2 Nikmat Hidup
Allah dalam hakikat-Nya yang maha pengasih memberikan keberkahan hidup kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Seluruh ciptaan Allah merupakan anugerah kehidupan tanpa terkecuali. Allah mengizinkan manusia, jin, malaikat, hewan, dan tumbuhan menikmati hidup secara setara. Allah tidak pernah membeda-bedakan makhluk mana yang taat pada aturan-Nya atau siapa yang melanggar aturan-Nya, semua mendapat kasih Allah.
Rasa cinta kepada Allah SWT juga dibagikan kepada seluruh makhluk hidup sebagai bagian dari tempat tinggal yang disediakan oleh Allah SWT. Semua makhluk hidup bisa melekat satu sama lain, bahkan dengan makhluk lain. Banyak sekali contoh hubungan “mesra” antara hewan dan manusia tertentu, yang kisahnya bisa menjadi inspirasi hidup bagi orang lain. Selain rasa cinta antar hewan dan hewan, umumnya masyarakat beranggapan bahwa hewan tersebut seringkali bermusuhan dan ada pula yang biasanya merupakan predator. Jika Allah SWT memberi mereka cinta, tidak ada yang bisa menghalangi cinta di antara mereka tanpa pembelajaran terlebih dahulu.
Dalam kaitan dengan nikmat hidup, semua mahluk Allah swt telah dijamin rezekinya baeserta fasilitas hidup yang lengkap. Tak ada mahluk hidup yang harus membayar kenikmatan asali udara, kenimkatan air, kenikmatan tempat tinggal, semua telah disediakan sebagai bagian dari kelengkapan jaminan hidup dari Allah swt. Tetapi, kemudian manusia tidak bisa menyukuri semua nikmat tersebut. Beberapa kelompok masyarakat seenaknya menguasai banyak alat kehidupan (kegembiraan hidup). Kelompok yang berduit besar melarang salah satu kebutuhan pokok hidup yaitu air. Perusahaan air mineral yang memanfaatkan sumber air sebagai lahan ekonomi seringkali menimbulkan dampak kekeringan terhadap lingkungan sekitar.
Jika manusia sekadar menikmati hidup tanpa menunaikannya dengan ibadah sebagaimana diwajibkan oleh Allah SWT, maka manusia sama seperti makhluk Allah SWT lainnya yang mempunyai kesempatan untuk hidup namun tidak mempunyai kesempatan untuk mencatat amal shalehnya di akhirat. . Orang yang tidak berbuat baik bisa jadi seperti binatang dan tumbuhan atau bahkan lebih buruk dari mereka!
4.3 Nikmat Akal
Nikmat Allah lainnya hanya diberikan kepada makhluk tertentu saja yaitu manusia. Tuhan memberikan pikiran sebagai alat untuk pengendalian diri, perbaikan diri atau pemikiran, yang dengannya Anda dapat mengubah diri sendiri, membuat pilihan. Hanya manusia yang diberkati dengan akal. Oleh karena itu, orang-orang seperti Khalifah fil-Ardhi diserahi tugas mengelola tanah. Secara rasional, manusia bisa menguasai dunia dan menjadi beradab. Allah tidak membedakan antara mukmin dan kafir, semua diberi nikmat akal. Faktanya, Tuhan tanpa pandang bulu telah membuktikan janjinya bahwa orang yang mengembangkan ilmu pasti akan mendapat kedudukan yang tinggi di antara makhluk lainnya. Tanpa iman, ketinggian hanya terbatas pada posisi tanah saja. Allah berjanji sepenuhnya bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (karena mereka dapat menggunakan akal) beberapa derajat di antara makhluk lainnya.
Nikmat Allah lainnya hanya diberikan kepada makhluk tertentu saja yaitu manusia. Tuhan memberikan pikiran sebagai alat untuk pengendalian diri, perbaikan diri atau pemikiran, yang dengannya Anda dapat mengubah diri sendiri, membuat pilihan. Hanya manusia yang diberkati dengan akal. Oleh karena itu, orang-orang seperti Khalifah fil-Ardhi diserahi tugas mengelola tanah. Secara rasional, manusia bisa menguasai dunia dan menjadi beradab. Allah tidak membedakan antara mukmin dan kafir, semua diberi nikmat akal. Faktanya, Tuhan tanpa pandang bulu telah membuktikan janjinya bahwa orang yang mengembangkan ilmu pasti akan mendapat kedudukan yang tinggi di antara makhluk lainnya. Tanpa iman, ketinggian hanya terbatas pada posisi tanah saja. Allah berjanji sepenuhnya bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (karena mereka dapat menggunakan akal) beberapa derajat di antara makhluk lainnya.
4.4 Nikmat Hidayah
Allah memberikan nikmat hidayah hanya kepada orang-orang tertentu (yang terpilih). Sesuai dengan status manusia sebagai makhluk otonom yang diberi kebebasan memilih kecenderungannya dalam bertaqwa atau bertakwa, maka tidak semua manusia mempunyai pilihan yang sama. Ada yang memilih fujur, ada pula yang condong ke arah takwa. Sesungguhnya hidayah yang diartikan sebagai “sesuatu yang harus selalu dicari”, tersedia dalam bentuk Al-Quran lengkap sebagai kumpulan petunjuk dari Allah.
Allah SWT menegaskan bahwa petunjuk hanya untuk Allah. Allah berhak menentukan siapa yang akan dibimbing dan siapa yang pasti tidak akan dibimbing (berdasarkan prosesnya) oleh Allah SWT. Apa yang diputuskan Allah SWT tentu mengandung hikmah penting bagi manusia. Nabiyullah Muhammad SAW kekasih Allah SWT yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT, ternyata dalam urusan yang menjadi hak prerogratif Allah SWT, ia tidak diberikan hak untuk memutuskan apalagi mengubahnya.
4.5 Dua Nikmat yang Kerap Terlupakan
Ketika seseorang sehat, ia akan merasa tenang, damai bahkan merasa tidak mempunyai masalah yang besar. Seseorang yang berada dalam keadaan sehat seringkali merasa bahwa kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hak hidupnya sehari-hari. Kemudian banyak orang yang lupa menyertakan keberadaan Allah SWT dalam segala hal dalam hidupnya. Kenikmatan yang sehat pada hakikatnya adalah anugerah dari Allah SWT. Udara bersih yang tersedia gratis setiap saat bagi semua manusia, bagi seluruh makhluk-Nya, merupakan anugerah rutin yang sering terlupakan. Bayangkan jika kabut terus menerus menyelimuti lingkungan manusia selama enam bulan, tentu akan menimbulkan ketidaknyamanan bahkan penyakit pernafasan bagi banyak orang. Di antara mereka ada yang ditakdirkan mati. Ada begitu banyak orang sehat dan lupa diri, lupa sangat lupa jika kesehatan itu mahal sekali. Ketika Allah Yang Maha Kuasa menjadikan kesehatan sangat murah, banyak orang yang terjerumus dalam kondisi nyaman dan lupa bahwa selalu ada penyakit yang tersembunyi di samping kesehatan.
Selain nikmat kesehatan, ada nikmat lain yang sering dilupakan orang, yaitu nikmatnya waktu senggang. Rata-rata Allah SWT memberikan waktu luang yang banyak kepada setiap orang. Allah SWT mewajibkan manusia untuk beribadah mahdhah dalam waktu yang sangat singkat. Masyarakat cukup leluasa meluangkan waktunya untuk melakukan banyak aktivitas di luar ibadah mahdhah.
4.6 Manusia Mahluk Individu
Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu. Setiap orang adalah makhluk yang unik. Sekalipun ada dua pasangan kembar, kemiripan mereka tidak pernah persis sama. Begitulah Allah SWT dengan Yang Maha Kuasa mampu menciptakan manusia sebagai makhluk yang unik. Keunikan manusia dan kebebasan yang Tuhan berikan kepada semua manusia dipelajari, tertulis dalam Al-Qur'an. Sebagaimana Fir'aun, Qarun, Kaum 'Aad dan Tsaamud dan banyak karakter jahat lainnya diriwayatkan sebagai contoh dan peringatan dari Tuhan kepada komunitas Muhammad, saw.
Allah juga berbicara tentang para nabi, diantaranya adalah nabi Adam as Ibrahim, Nuh as Luth, Musa as, Yusuf, Sulaiman as, Isa as dan Muhammad saw. Mereka adalah orang-orang terpilih dengan cobaan dan keberhasilan yang berbeda-beda. Masalah yang mereka hadapi sangatlah istimewa. Anugerah yang mereka temui bahkan melebihi anugrah yang Tuhan berikan kepada kebanyakan orang. Orang-orang itu unik. Dinul Islam dengan sifat-sifat unik tersebut Allah membekali umatnya dengan kebutuhan hidup agar umat dapat berkembang sesuai dengan aktivitas kekhalifahannya. Nabiyullah Muhammad menjadi uswah hasanah yang keteladanan kebaikannya tidak ada habisnya. Selain keunikan yang Tuhan berikan kepada manusia, Tuhan juga membekali manusia dengan berbagai aturan demi kemaslahatan hidup manusia.
4.7 Konsep Dosa (Individu) dalam Islam
Sebagai makhluk individu, sejak awal kelahirannya, manusia sudah terbebas dari belenggu dosa. Seorang anak dilahirkan, meskipun dilahirkan dari ibu yang tidak mempunyai hubungan perkawinan yang sah, namun anak tersebut tetap dalam keadaan alamiah dan suci. Istilah “haram-jadah” tidak diketahui oleh anak. "Haram-jadah" adalah orang tuanya. Tidak ada seorang anak pun yang mewarisi dosa ibu dan bapaknya. Karena manusia dilahirkan sebagai makhluk individual, maka persoalan dosa juga merupakan dosa individual. Setiap orang harus mempertanggungjawabkan kepada Allah SWT atas akibat perbuatannya. Syafaat hanyalah berkah dari Allah. Kecuali Allah melakukan hal ini, tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan kemahakuasaan Allah yang mutlak. Jika seseorang terlibat dalam dosa orang lain, syaratnya mutlak ia harus mempertanggungjawabkan akibat perbuatannya, yang akibatnya akan menimpa orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya.
Setiap orang adalah pribadi yang harus mempertanggungjawabkan akibat dari segala perbuatannya. Pada dasarnya semua orang bertanggung jawab atas akibat dari perilakunya. Namun karena manusia adalah makhluk sosial, maka manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika interaksi ini terjadi, saling mempengaruhi—mempengaruhi perilaku—menjadi hal yang lumrah. Pada titik ini, seseorang terhubung dengan orang lain. Seseorang dapat terlibat dalam perilaku orang lain: sebagai penyebab atau sebagai pengikut. Apakah seseorang adalah pemberi pengaruh, pengundang, penolong, atau sekadar orang yang memandu perilaku tertentu, ia harus terhubung dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Orang yang melibatkan orang lain dalam suatu tindakan, baik baik maupun buruk, akan memperoleh imbalan dan perhitungan untung ruginya atas tindakannya. Perhitungan ini pada hakekatnya tidak berarti “memikul beban tugas orang lain”, tetapi mereka bertanggungjawab atas akibat perilakunya ketika mengajak orang lain untuk melaksanakannya atau mempengaruhinya.
Komentar
Posting Komentar